Boucing Fuchsia Bow Tie Ribbon ♔ pudji's blog ♔

Kamis, 26 April 2012

gawat janin





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu yang diabetes, kehamilan pre dan posterm, ataupun prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera. Istilah fetal distress biasa digunakan untuk menggambarkan hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan kecacatan pada janin atau kematian bila janin tidak segera dilahirkan.
Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal distress) terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis. Ketidakpastian dalam diagnosis gawat janin yang didasarkan pada interpretasi pola frekuensi denyut jantung janin menyebabkan munculnya istilah-istilah deskriptif misalnya “reassuring” (meyakinkan) atau “nonreassuring” (meragukan, tidak meyakinkan).2 Gawat janin juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian janin jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya dilahirkan. Hipoksia ialah keadaan jaringan yang kurang oksigen, sedangkan hipoksemia ialah kadar oksigen darah yang kurang. Asidemia ialah keadaan lanjut dari hipoksemia yang dapat disebabkan menurunnya fungsi respirasi atau akumulasi asam.

B. Tujuan

Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kejadian, faktor resiko dan pendekatan standar serta membahas bagaimana menghindari gawat janin dan menangani situasi ini jika terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Gawat janin adalah bradikardi janin persisten yang apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan dekompresi respon fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta kematian. Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut :


  • Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
  • Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
  • Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi lahir dengan letak kepala )

Kegawatan yang kronik dapat timbul setelah suatu periode waktu yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologis dari unit ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu. Hal ini dapat dipantau melalui evaluasi dari pertumbuhan janin intar uteri, keadaan biofisikal janin, cordosintesis, dan velosimetri Doppler. (springer) Gawat janin akut disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba yang mempengaruhi oksigenasi janin. Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.
Sebagian besar diagnosis gawat janin didasarkan pada pola frekuensi denyut jantung. Penilaian janin ini adalah penilaian klinis yang sarna sekali subyektif dan pastilah memiliki kelemahan dan harus diakui demikian. Salah satu penjelasannya
adalah bahwa pola-pola ini lebih merupakan cerminan fisiologi daripada patologi janin. Pengendalian frekuensi denyut jantung secara fisiologis terdiri atas beragam mekanisme yang saling berkaitan dan bergantung pada aliran darah serta oksigenasi. Selain itu, aktivitas mekanisme-mekanisme pengendali ini dipengaruhi keadaan oksigenasi janin sebelumnya, seperti tampak pada insufisiensi plasenta kronik, sebagai contoh. Yang juga penting, jika janin menekan tali pusat, tempat aliran darah terus menerus mengalami gangguan. Selain itu, persalinan normal adalah proses yang menyebabkan janin mengalami asidemia yang semakin meningkat (Rogers dkk., 1998). Dengan demikian, persalinan normal adalah suatu proses saat janin mengalami serangan hipoksia berulang yang menyebabkan asidemia yang tidak terelakkan. Dengan kata lain, dan dengan beranggapan bahwa “asfiksia” dapat didefinisikan sebagai hipoksia yang menyebabkan asidemia, persalinan normal adalah suatu proses yang menyebabkan janin mengalami asfiksia.

B. Penyebab (Etiologi)

Terdapat beberapa etiologi (penyebab) dari gawat janin.
Etiologi fetal distress- Ibu
1.        penurunan kemampuan membawa oksigen ibu
2.        anemia yang signifikan
3.        penurunan aliran darah uterin
4.        posisi supine atau hipotensi lain, preeklampsia
5.        kondisi ibu yang kronis
6.        hipertensi


Etiologi – Faktor Uteroplasental
1.        kontraksi uterus seperti hiperstimulas dan solusio plasenta
2.        disfungsi uteroplasental
  •   infark plasental
  •    korioamnionitis
  •  disfungsi plasental ditandai oleh IUGR, oligohidramnion
Etiologi – Faktor Janin
a) kompresi tali pusat
  •  oligohidramnion
  •  prolaps tali pusat
  •  puntiran tali pusat
b) Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
  • anemia berat, misal : isoimunisasi, perdarahan feto-maternal
Kesejahteraan Janin dalam Persalinan
Asfiksia intrapartum dan komplikasi:
  • Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit
  • sekuele neurologis neonatal
  • disfungsi multiorgan neonatal
  •  pH arteri tali pusat 7,0
  •   defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L
C. Patofisiologi

Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena ia hidup di lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Terapi pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun tekanan oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap memadai.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan periferdapat terselenggara dnegan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air di sekresi melalui plasenta. Bila plasenta
mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambahkan asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat.
Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung)akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer. Badikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahas disini adalah diagnosis gawat janin dalam persalinan yang dapat diketahui dengan teknik pengawasan atau pemantauan elektronik jantung janin dan teknik pemeriksaan darah janin (PDJ)

D. Tanda – tanda dan Gejala

Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ ’kick count’ . Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutamadiminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yangmengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlahminimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tanda-tanda gawat janin:
•          Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala
•          Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janinUntuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauanmenggunakan kardiotokografi
•          Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a.       Asfiksia
b.      Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.
komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dandisertai oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin a.l : Hipoplasia pulmonal Potter μs fasciaDeformitas ekstrimitas.

F. Pemeriksaan Penunjang

a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
g. Pemeriksaan sitologi vagina.

Pemantauan Denyut Jantung Janin Kebanyakan dari diagnosis gawat janin yang dilakukan didasarkan atas pola denyut jantung janin, tetapi diagnosa berdasarkan pola denyut jantung janin ini masih menjadi kontroversi, karena hal itu lebihmerefleksikan suatu keadaan fisiologi dari janin daripada suatu keadaan patologis. National Institute of Child Health and Human Development fetalmonitoring workshop (1997) telah memberikan suatu Konsensust entang pola denyut jantung janin.

1. Normal apabila denyut jantung janin berkisar antara 110-160 x.menitdengan variasi 6-25 x/menit, dimana didapatkan suatu kondisi akselerasi tanpa deselarasi.
2. Intermediet
3. Abnormal, apabila ada tanda-tanda perlambatan atau deselerasi dengan kemampuan nol atau bradikardi substansial dengankemampuan nol
Sementara dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatanmaternal dan neonatal memberikan penilaian terhadap denyut jantung janin sebagai berikut :
1.      Denyut jantung janin normal dapat melambat sewaktu his, dan segerakembali normal setelah relaksasi.
2.      Denyut jantung lambat yaitu kurang dari 100 kali per menit saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat janin.
3.   Denyut jantung cepat yaitu lebih dari 180 kali per menit yang disertaitakikardi ibu bias karena ibu demam, efek obat, hipertensi atauamnionitis. Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janincepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin.

Pemeriksaan PH Darah Kulit Kepala Janin
Pemeriksaan PH darah janin telah dibuktikan mempunyai hubungan erat dengan tingkat asidosis janin 1-3,7,9-11-12
Indikasi pemeriksaan darah janin adalah :
1.Deselerasi lambat berulang
2.Deselerasi variable memanjang
3.Mekonium pada presentasi kepala
4.Hipertensi pada ibu
5.Osilasi dengan variabilitas yang menyempit.
Sejak pertama pertama kali diperkenalkan oleh Saling pada tahun1967 pengambilan sampel darah telah menjadi keputusan akhir dalam mendiagnosa adanya gawat janin. Darah diambil dari bagian terbawah janin seperti kepala atau bokong selama proses persalinan. Darah diambil melalui insisi dengan kedalaman 2mm
Pengambilan darah janin harusdilakukan di luar his dan sebaiknya ibu dalam posisi tidur miring daerah diambil sebanyak 0,25 ml kemudian dilakukan pemeriksaan pH,Pco2,Po2. nilai pH sendiri tidak akan memperlihatkan perbedaan antara respirasi dan asidosis metabolik. Penatalaksanaan dari penyebab asidosis secara teoritis berbeda,dimana pada keadaan asidosis metabolik membutuhkan terminasi segera, sementara keadaan asidosis respiratotrik dapat merespon resusitasi standar. Jika deselerasi tidak memberikanrespon yang cepat pada gawat janin, maka segera dilakukan pemeriksaan sampel darah janin.
Beard dan kawan kawan mendapatkandalam penelitiannya ada hubungan yang erat antara pH darah kulit kepala janin intra partum dengan apgar skor 2 menit pada neonatus. Seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.Tabel 2. korelasi anatara pH darah kulit kepala dengan pola deselerasi.Dikutip dari Ramon M.
Sementara Winkyosastro menetapkan Interprestasi pada hasil pemeriksaan darah janin adalah sebagai berikut.
• pH 7,25 normal
• pH 7,25-7,10 tersangka asidodis dan dilakukan pemeriksaan ulang10 menit kemudian

• pH < 7,10 Asidosis dan janin harus dilahirkan segeraPemeriksaan darah janin dan pemantauan denyut jantung janin salingmenunjang dan telah dibuktikan mempunyai korelasi yang erat.Pemeriksaan darah janin terutama berguna untuk menera atau memastikankeadaan janin bila terdapat gambaran denyut jantung janin yang abnormal.Meskipun demikian perlu diingat bahwa hasil pemeriksaan darah janinitu sesaat dan mungkin perlu diulangi. Zallar dan Quiland merekomendasikan suatu protokol yaitu : jika pH besar dari 7,25 maka persalinan di observasi. Jika pH antaraa 7,20 – 7,25 Pengukuran pH harusdiulangi dalam 30 menit, Jika pH kurang
dari 7,20 maka sampel darah kulit kepala yang lain harus segera diambil dan ibu harus diterminasi segera. Sirkulasi janin mungkin berubah dengan penyaluran darah yang lebih baik ke organ vital yaitu otak dan jantung dalam keadaan asidosis.Pada umumnya hipoksia dan asidosis atau infeksi intrapartum dapatmenyebabkan takikardi dari fetus Adanya mekonium pada cairan amnionlebih sering terlihat saat gawat janin mencapai maturitas dan bukanmerupakan tanda-tanda gawat janin. Sedikit mekonium tanpa disertaidengan kelainan denyut jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut. Mekonium kental merupakan tanda pengeluaranmekonium pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang cepat dan penanganan mekonium pada salurannafas atas neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium, sementara pada presentasi bokong mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibatkompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakankegawatan kecuali jika terjadi pada awal persalinan

G. Penatalaksanaan

Penanganan umum: Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.
Diagnosis saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis yang lebih pasti jika disertai oleh air ketuban hijau dan kental atau sedikit.
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal se¬bagai berikut: Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap
abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
- Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap,pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan antibiotika untuk.
- Jika tali pusat terletak di bawah bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan penanganan prolaps tali pusat Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakan persalinan:
- Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0, lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum atau forseps.
- Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesarea

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia.
Penyebab gawat janin dapat meliputi :
a. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama)
· Penyakit hipertensi
· Diabetes mellitus
· Postmaturitas atau imaturitas
b. Kompresi (penekanan) tali pusat
Penanganan gawat janin yaitu :
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat
b. Perbaiki aliran darah uteroplasenter
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.

B. KRITIK DAN SARAN

Sebaiknya persalinan dengan gawat janin dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi dengan dokter. Kehamilan gawat janin harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi terutama pada janin. Bidan sebaiknya dapat mendeteksi persalinan dengan gawat janin untuk menghindari komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya

DAFTAR PUSTAKA

  • http://www.artikelkedokteran.com/120/gawat-janin-fetal-distress.html
  • http://sadnyashrti.blog.com/2009/11/05/gawat-janin-dalam-persalinan/
  •  http://juvindawahyu.blogspot.com/2012/04/gawat-janin.html
  •  http://www.scribd.com/doc/78113563/Ketuban-pecah-dini
  • http://911medical.blogspot.com/2010/05/makalah-askeb-patologi-distosia.html
  • http://situskebidanan.blogspot.com/2010/02/landasan-teori-gawat-janin-dalam.html
  • http://www.scribd.com/doc/76270624/Penatalaksanaan-Gawat-Janin-Intra-Partum 
  • http://obstetriginekologi.com/artikel/penatalaksanaan+gawat+janin.html
  • http://threspuspa.wordpress.com/2012/03/09/mengantisipasi-gawat-janin/
  • http://sehat-kesehatan.blogspot.com/


Minggu, 11 Maret 2012

asma pada ibu hamil




Asma merupakan salah satu kondisi medis kronik yang kerap dijumpai pada kehamilan dengan prevalensi asma pada kehamilan sebesar 1-4 persen. Asma didefinisikan sebagai suatu penyakit peradangan (inflamasi) kronik saluran napas (saluran tracheobronchial) yang ditandai oleh peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai stimulus (rangsangan). Asma seringkali berkaitan dengan riwayat alergi pada pasien dan/ atau keluarganya.

Pada asma terjadi hambatan aliran udara pernapasan yang bersifat reversibel dengan episode serangan asma ditingkahi oleh periode bebas gejala asma. Peradangan saluran napas menyebabkan menyempitnya diameter lumen saluran napas akibat kontraksi otot polos, bendungan pembuluh darah, pembengkakan dinding bronchial, dan sekresi mukus yang kental.

Gejala-gejala asma antara lain meliputi batuk, sesak napas, napas berbunyi, dan episode kambuhan gejala serangan asma. Pemeriksaan fisik dapat normal selama periode remisi (tidak sedang serangan asma atau selama periode bebas gejala asma). Pencetus asma meliputi pajanan terhadap berbagai alergen (tungau debu rumah, debu, bulu binatang, jamur, dll), zat iritan (asap rokok, asap dari kayu yang terbakar, polusi udara, bau yang kuat seperti parfum, dll), kondisi medis (influenza, infeksi saluran pernapasan baik akibat bakteri maupun virus, refluks gastro-esofagus/ regurgitasi isi lambung ke esofagus atau saluran makanan, dll) obat-obatan (aspirin, obat-obat anti inflamasi non-steroid, dll), olahraga, stres emosional, dan perubahan cuaca (terutama udara dingin).

Pengaruh kehamilan terhadap asma tidak bisa diprediksi. Diperkirakan 1/3 perempuan hamil yang telah menderita asma sebelum hamil mengalami perburukan gejala asmanya, 1/3 kasus mengalami perbaikan, dan 1/3 kasus lainnya tidak mengalami perubahan gejala asma selama kehamilan. Perempuan dengan asma berat dan/ atau asma yang terkontrol buruk memiliki risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi kehamilan (seperti pre-eklampsia, perdarahan rahim, dan komplikasi saat melahirkan) dan pengaruh buruk pada janin (seperti kematian perinatal, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, lahir prematur, berat lahir rendah, dan kekurangan oksigen). Pada saat ibu mengalami serangan asma, janin mungkin tidak cukup mendapatkan oksigen sehingga dapat menyebabkan bahaya pada janin. Semakin berat asma, semakin besar risiko untuk janin.

Oleh karena itu, seyogianya perempuan hamil yang menderita asma tidak menghentikan pengobatan asmanya tanpa berkonsultasi ke dokter. Tatalaksana asma untuk pasien rawat jalan sama antara pasien asma yang hamil dan yang tidak hamil. Inhaler berisi obat agonis beta-adrenergik yang bekerja untuk memperbaiki hambatan aliran udara merupakan terapi utama untuk mengatasi serangan asma dan mengatasi asma ringan. Untuk kasus asma persisten sedang, obat tersebut dikombinasikan dengan inhaler berisi obat kortikosteroid yang digunakan untuk pencegahan jangka panjang dan mengontrol gejala asma. Obat kortikosteroid tersebut mencegah pembengkakan dan sekresi mukus yang terjadi akibat peradangan saluran napas pada pasien asma.

Upaya untuk mencegah serangan asma sangat perlu dilakukan dengan cara mencegah pajanan terhadap pemicu asma. Berhenti merokok, hindari berada di sekitar orang yang sedang merokok, hindari makan dalam jumlah yang banyak atau langsung berbaring setelah makan jika memiliki gejala refluks lambung-esofagus, jauhi orang yang sedang menderita influenza atau infeksi lainnya, hindari berbagai hal yang telah diketahui dapat menyebabkan alergi, dan hindari pemicu asma yang sudah diketahui. Jika terjadi serangan asma segera mencari pertolongan medis ke instalasi gawat darurat rumah sakit terdekat.

PENTING DIPERHATIKAN PENDERITA ASMA SAAT HAMIL DAN MENYUSUI
  • Melannjutkan obat asma selama hamil sesuai saran dokter
  • Berkonsultasi kepada dokter untuk mengendalikan
  • Tetap memberikan ASI selama menggunakan obat asma
  • Pada dasarnya pemilihan obat untuk mengendalikan asma pada kehamilan tidak berbeda dengan obat bagi penderita asma pada umumnya.
PILIHAN OBAT ASMA PADA KEHAMILAN
Perlu dipahami bahwa obat asma (seperti halnya sebagian besar obat lain) bersifat individual. Artinya, obat yang nyaman (cocok) bagi penderita yang satu belum tentu nyaman digunakan oleh penderita lain. Sebagai contoh, seorang penderita asma merasa cocok dan nyaman menggunakan salbutamol 2 mg generik seharga 2000 perak per blister dibanding menggunakan obat asma inhaler berharga ratusan ribu. Karenanya, masing-masing penderita asma seyogyanya mengenali obat-obat yang diberikan dokter dan nyaman digunakan untuk mengendalikan asma yang dideritanya.

Obat-obat yang lazim digunakan untuk mengendalikan ataupun mengobati asma, diantaranya:
A. Anti Inflamasi Golongan Steroid:
Obat inhalasi ( MDI, Nebulisasi ), antara lain: Budesonide, Beclomethasone dipropionate, Fluticasone, Flunisolide, dll.
Obat minum (oral), antara lain: Prednison, Prednisolon, Methylprednisolon, dll.
Obat injeksi (parenteral): methylprednisolon, dll.
B. Bronkodilator (melonggarkan saluran pernafasan):
Obat inhalasi (MDI, DPI, nebulisasi), antara lain: Salbutamol MDI, Fenoterol, Formoterol, Salmeterol, kombinasi Formoterol dan budesonide, kombinasi Salmeterol dan fluticasone, dll.
Obat minum (oral), antara lain: Salbutamol, Terbutalin sulfat, Aminophyllin, Theophyllin, dll.
Obat injeksi (parenteral): Terbutalin sulfat, Aminophyllin, dll.
C. Obat lain: obat antikolinergik: Ipratropium bromide.
D. Obat Pencair Dahak:
Jika asma disertai batuk, dapat ditambahkan obat batuk pencair dahak (expectorant), diantaranya: Ambroxol, Bromhexine, GG (Glyceryl guaiacolate), dll.

EFEK SAMPING OBAT
Obat asma golongan Bronkodilator (melonggarkan nafas) kerap menimbulkan efek samping: berdebar, lemas, gemetar, otot seperti dilucuti, keringat dingin. Jika mengalami keluhan berdebar, lemas, setelah minum obat asma golongan bronkodilator, maka dosis dapat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, lemas, gemetar, dosis obat dapat diturunkan lagi hingga seperempat dari dosis normal. Jika dengan dosis seperempat dari dosis normal masih mengalami berdebar, lemas, gemetar, seyogyanya melaporkan ke dokter agar dipilihkan obat bronkodilator yang lain.
Hendaknya penderita asma mencatat obat-obat asma yang menimbulkan efek samping: berdebar, lemas, gemetar, kemudian memberitahukan kepada dokter agar tidak diberikan obat yang sama dan menggantinya dengan obat jenis lain.

TIPS MENCEGAH KEKAMBUHAN
  • Kenali dan hindari faktor pencetus kekambuhan asma, diantaranya:alergen (bahan atau kondisi pemicu timbulnya kekambuhan asma), polusi udara, perubahan cuaca, faktor psikis (emosi yang berlebihan), aktifitas yang berlebihan, infeksi saluran pernafasan, rhinitis (pilek-bersin-hidung mampet), makanan dan obat-obat tertentu, dan lain-lain.
  • Kenali obat-obat yang digunakan, meliputi: nama obat (dan kandungannya), dosis dan cara penggunaannya, obat-obat yang paling nyaman digunakan dan efek samping obat.
  • Istirahat yang cukup, makan makanan bergizi seimbang.
  • Olah raga teratur sesuai kemampuan dan selalu aktif beraktifitas (asalkan tidaj berlebihan) atau senam hamil sesuai petunjuk instruktur. Olah raga teratur pada kehamilan disebutkan dapat mengurangi resiko kekambuhan. Namun, jika asma malah kambuh dengan berolah raga (exercise induced asthma), hendaknya berkonsultasi kepada dokter untuk memilih jenis olah raga yang tepat dan      sesuai dengan kondisi masing-masing.
  • Konsultasi kepada dokter tentang ciri-ciri serangan asma, tatacara penanggulangan asma di rumah dan tatacara pertolongan pertama tatkala asma kambuh.


 

♔ pudji's blog ♔ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea